Dalam dunia anime, karakter sering kali mewakili sifat, keinginan, atau ketakutan yang mendalam dari manusia. Salah satu karakter yang mencolok dalam hal ini adalah Iruma Suzuki dari serial Mairimashita Iruma-kun. Iruma adalah manusia yang diadopsi oleh calon raja iblis, Sullivan, dan menjadikannya cucu angkat. Meskipun mendapatkan kasih sayang dari kakeknya, Iruma terjebak dalam keinginan untuk menyenangkan orang lain, terutama di lingkungan barunya di dunia iblis. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang karakter Iruma, perilakunya yang seperti seorang approval seeker, serta implikasinya dalam konteks psikologis dan filosofis.
Siapa Iruma Suzuki?
Iruma Suzuki adalah seorang pelajar yang pada awalnya hidup dalam kesulitan, dibesarkan dalam lingkungan yang kurang suportif oleh orang tuanya. Namun, hidupnya berubah drastis ketika ia diadopsi oleh Sullivan, seorang raja iblis yang tidak hanya memberi Iruma tempat tinggal, tetapi juga cinta dan perhatian. Meskipun demikian, ada tantangan besar yang dihadapi Iruma: ia harus menyembunyikan identitas manusianya dan berusaha beradaptasi dengan dunia iblis yang tidak biasa. Ketidakmampuannya untuk sepenuhnya menjadi dirinya sendiri menciptakan ketegangan internal yang menyakitkan.
Pengalaman Masa Lalu dan Trauma
Masa lalu Iruma yang sulit dan pengalaman tidak diinginkan telah membentuk sifat dan perilakunya. Ketika Iruma tinggal bersama orang tuanya, ia sering diabaikan dan dianggap sebagai beban. Pengalaman ini menanamkan rasa takut yang mendalam dalam dirinya — takut ditolak, diabaikan, dan tidak dihargai. Baru setelah diadopsi, ia merasakan kasih sayang dan dukungan yang sebenarnya. Rasa syukur ini menjadi pendorong bagi Iruma untuk terus menyenangkan orang-orang di sekitarnya, bahkan jika itu harus dilakukan dengan mengabaikan identitas dirinya yang sebenarnya.
Apropal Seeker: Mencari Pengakuan dan Penerimaan
Dalam konteks psikologis, istilah appropal seeker merujuk kepada individu yang memiliki kecenderungan untuk mencari pengakuan dan persetujuan dari orang lain. Hal ini sangat relevan dengan karakter Iruma. Dia berusaha keras untuk diterima dalam lingkungan barunya, hingga seringkali mengabaikan kepentingan dan kenyamanan pribadi demi menyenangkan orang lain. Berikut adalah beberapa aspek dari sifat apropal seeker yang ditunjukkan oleh Iruma.
Ketakutan akan Penolakan
Iruma memiliki ketakutan yang mendalam terhadap penolakan. Ini terlihat jelas ketika dia menghadapi situasi di mana dia harus memilih antara menjadi dirinya sendiri atau beradaptasi dengan norma-norma di dunia iblis. Dia sangat khawatir bahwa jika sifat manusianya terungkap, maka dia akan ditolak oleh teman-teman dan keluarganya yang baru. Ketakutan ini mengarah pada perilaku konformitas yang berlebihan, di mana dia merasa perlu untuk melakukan apa pun agar dapat disukai.
Menghindari Konflik
Berdasarkan pengalamannya, Iruma berusaha keras untuk menghindari konflik. Dalam perjalanan hidupnya, dia telah menyaksikan dampak negatif yang diakibatkan oleh ketidakpuasan dan ketidaksetujuan. Sebagai cara untuk melindungi dirinya dari rasa sakit itu, dia sering kali menempatkan kebutuhan orang lain di atas kebutuhannya sendiri. Hal ini terlihat dalam interaksinya dengan teman-teman dan guru-gurunya di sekolah, di mana Iruma berusaha untuk menyenangkan mereka secara terus-menerus, bahkan ketika hal itu mengharuskan dia untuk mengorbankan kebahagiaannya sendiri.
Tindakan Tulus tetapi Mencari Validasi
Meskipun tampil sebagai orang yang tulus dan baik hati, ketulusan Iruma sering kali dipengaruhi oleh keinginannya untuk dihargai dan diakui. Dia melakukan tindakan mulia, seperti membantu teman-teman atau berpartisipasi dalam kegiatan sekolah tanpa mengharapkan imbalan. Namun, di balik semua itu, terdapat kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan sebagai pendorong utamanya. Dalam konteks ini, tindakan baiknya tidak selalu dilakukan semata-mata untuk kebaikan, tetapi juga untuk mengisi kekosongan emosional yang dia alami.
Dampak Psikologis dari Sifat Apropal Seeker
Menjadi apropal seeker seperti Iruma membawa dampak psikologis yang signifikan. Ketidakmampuannya untuk membuka diri dan menerima dirinya yang sebenarnya dapat menyebabkan beberapa masalah psikologis yang lebih dalam.
Kecemasan dan Stres
Ketika seseorang selalu mencari persetujuan dari orang lain, mereka cenderung mengalami kecemasan dan stres yang tinggi. Iruma, dalam usahanya untuk memenuhi ekspektasi orang lain, sering kali merasakan tekanan yang besar. Ini dapat menyebabkan gangguan kecemasan yang lebih serius, di mana individu merasa tidak pernah cukup baik dan selalu berada dalam keadaan waspada terhadap penilaian orang lain.
Masalah dengan Identitas Diri
Kekhawatiran Iruma untuk menyembunyikan sifat manusianya demi diterima menciptakan kebingungan identitas yang signifikan. Dia terjebak antara menjadi dirinya sendiri dan beradaptasi dengan dunia iblis. Hal ini dapat menyebabkan krisis identitas, di mana individu merasa tersesat dan tidak tahu siapa mereka yang sebenarnya. Dalam perjalanan cerita, tampak bahwa Iruma sering mengalami momen keraguan tentang siapa dirinya, menciptakan ketegangan internal yang dramatis.
Kesulitan dalam Menjalin Hubungan
Ketika seseorang mengandalkan validasi dari orang lain, mereka mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang tulus. Dalam kasus Iruma, meskipun dia memiliki banyak teman yang suka padanya, dia mungkin meragukan cinta dan dukungan mereka. Sebagai akibatnya, hubungan yang dia bangun tidak selalu sehat. Seakan ada batasan emosional yang membuatnya sulit untuk terhubung secara mendalam dengan orang lain.
Pendekatan Filosofis Terhadap Karakter Iruma
Filsafat dapat memberikan pandangan yang berharga terhadap perilaku dan sifat dari karakter seperti Iruma. Tokoh-tokoh filsafat yang berbicara tentang identitas, nilai diri, dan pencarian pengakuan dapat membantu memahami kompleksitas dari seorang apropal seeker.
Pandangan Max Stirner
Filsuf Max Stirner menekankan pentingnya individu dan ego dalam bukunya The Ego and Its Own. Ia berpendapat bahwa setiap individu harus menjadi “tuan” bagi diri mereka sendiri, tidak terikat pada norma sosial atau validasi eksternal. meskipun Iruma berjuang untuk menjadi dikenal dan diterima oleh orang-orang di sekelilingnya, di dalam diri, ia seharusnya memahami bahwa nilai dan kekuatan sejatinya berasal dari dirinya sendiri, bukan dari pengakuan orang lain. Buku Stirner menyoroti bahwa individu seharusnya merasa bebas untuk mengejar keinginan mereka tanpa merasa tertekan oleh ekspektasi masyarakat.
Filosofi Existensialis
Filsafat eksistensialis, yang dikembangkan oleh tokoh seperti Jean-Paul Sartre dan Albert Camus, menekankan pentingnya keberadaan individu dan pencarian makna dalam kehidupan. Menurut pandangan ini, setiap individu berhak untuk memilih jalannya sendiri dan menciptakan makna dalam hidupnya. Meskipun Iruma merasa tertekan untuk menyembunyikan identitas manusianya, dia dapat menemukan kekuatan dalam kebebasan untuk memilih siapa dia sebenarnya. Mengadopsi pandangan ini akan mendorong Iruma untuk merangkul identitasnya sebagai manusia dan menerima bahwa ketidakpastian adalah bagian dari pengalaman manusia yang mendalam.
Pemikiran Carl Rogers
Carl Rogers, seorang psikolog humanis, menyatakan bahwa penerimaan diri dan integritas pribadi adalah esensial bagi pertumbuhan individu. Ia mengembangkan konsep unconditional positive regard, yaitu sikap menerima dan menghargai orang lain tanpa syarat. Apabila Iruma dapat mengenali dan menerima diri apa adanya, termasuk sifat manusianya, dia akan lebih mampu berinteraksi secara tulus dengan orang-orang di sekelilingnya tanpa takut akan penilaian. Rogers meyakini bahwa dengan memahami diri sendiri dan mencintai diri sendiri, individu dapat menciptakan hubungan yang lebih sehat dan lebih tulus dengan orang lain.
Mengubah Kehidupan Iruma
Menghadapi tantangan sebagai seorang apropal seeker tak terelakkan pasti membawa dampak dalam kehidupan tidak hanya bagi Iruma, tetapi juga bagi orang-orang di sekitarnya. Dia memiliki peluang untuk berubah dan mengambil keputusan yang lebih baik untuk dirinya sendiri.
Menerima Diri Sendiri
Langkah pertama menuju perubahan yang positif bagi Iruma adalah menerima dirinya sebagai seorang manusia. Mengakui diri juga membawa kelebihan dan kekurangan dapat membebaskannya dari beban untuk terus menyenangkan orang lain. Ini berarti mengakui bahwa ketidaksempurnaan adalah bagian dari pengalaman manusia. Dengan melakukannya, Iruma dapat mengurangi tekanan yang dirasakannya untuk selalu beradaptasi dengan harapan orang lain.
Berani Mengambil Risiko
Salah satu cara terbaik untuk mengatasi ketakutan akan penolakan adalah dengan berani mengambil risiko. Iruma harus belajar untuk berbagi identitas manusianya dengan orang-orang terdekatnya. Meskipun ada risiko ditolak, ia mungkin menemukan bahwa banyak orang di sekitarnya mengapresiasi kejujurannya dan berharga atas siapa dirinya yang sebenarnya. Menerima ketidakpastian dalam berhubungan dengan orang lain dapat memperkaya pengalaman dan membangun hubungan yang lebih dalam.
Fokus pada Pertumbuhan Pribadi
Daripada terus menerus mencari validasi dari orang lain, Iruma perlu belajar untuk fokus pada pertumbuhan pribadi. Dia dapat mengeksplorasi minat dan hobi yang membuatnya bahagia, membantu dirinya sendiri menemukan kepribadian sejatinya. Dengan mendalami apa yang dia sukai, Iruma dapat merasa lebih lengkap dan tidak bergantung pada pengakuan orang lain.
Iruma Suzuki dari Mairimashita Iruma-kun adalah contoh yang kuat dari seorang apropal seeker, yang merasa tertekan untuk menyenangkan orang lain dan berusaha mendapatkan pengakuan di dunia yang baru dan asing. Ketakutannya akan penolakan dan keinginan untuk diterima menyebabkan dia mengabaikan identitas manusianya. Namun, melalui pemahaman yang mendalam tentang psikologi dan filosofi, kita dapat menyadari bahwa mencintai diri sendiri adalah langkah pertama untuk mengatasi ketidakpuasan dan ketidakpastian dalam hubungan.
Dengan menerima diri, berani mengambil risiko, dan fokus pada pertumbuhan pribadi, Iruma memiliki potensi untuk tumbuh menjadi individu yang lebih otentik dan utuh. Dia bukan hanya seorang manusia yang ingin diterima, tetapi juga seorang pribadi yang memiliki kekuatan untuk menciptakan hubungan yang sehat dan bermakna. Sebagai penutup, perjalanan Iruma mengingatkan kita bahwa keinginan untuk diakui dan diterima adalah bagian dari pengalaman manusia yang universal, tetapi menerima diri kita sendiri adalah kunci untuk menemukan kebahagiaan dan makna sejati.