Filosofi Esdeath: Aku Mencintaimu, Namun Aku Lebih Mementingkan Pendapatku dari Apapun

Anime47 Dilihat

Dalam dunia anime, karakter sering kali memiliki kedalaman yang tidak hanya mencakup peran mereka dalam cerita, tetapi juga pandangan hidup yang kompleks. Salah satu karakter yang paling menarik dalam Akame ga Kill! adalah Esdeath, seorang jenderal yang dikenal dengan julukan “Ice Death.” Di balik penampilannya yang menakutkan dan kekuatannya yang luar biasa, terdapat filosofi yang kuat dan dogmatis, yang menjadi semakin jelas ketika dia dihadapkan pada cinta dan pengorbanan. Artikel ini akan menjelaskan kepribadian Esdeath, prinsip dogmatis yang dia pegang, dan bagaimana semua ini berpengaruh pada hubungannya dengan Tatsumi, karakter yang menjadi objek cintanya.

Esdeath dan Filosofi Hidupnya

Esdeath adalah seorang karakter yang kuat dan bersikap dominan dalam Akame ga Kill!, yang diproduksi oleh Takahiro. Dalam cerita, dia digambarkan sebagai musuh utama untuk tim protagonis, dan memiliki kemampuan luar biasa dalam menggunakan kekuatan es. Filosofi hidupnya dapat diartikan sebagai “kekuatan adalah segalanya.” Bagi Esdeath, yang lemah tidak layak untuk hidup, dan hanya mereka yang cukup kuat yang dapat bertahan dan menguasai dunia. Pendiriannya ini menjadi ungkapan dogmatis dari cara berpikirnya dan mempengaruhi setiap keputusan yang dia buat.

Esdeath akan melakukan apa pun untuk mencapai tujuannya, bahkan jika itu berarti harus mengorbankan orang-orang terdekatnya, termasuk Tatsumi, yang ia cintai. Dalam banyak hal, sikap dogmatis ini mencerminkan bagaimana filosofi hidupnya menjadikan cinta sebagai sesuatu yang bersifat sementara dan tidak terlalu penting dibandingkan dengan keyakinan dan nilai-nilai yang dia pegang. Dia melihat cinta sebagai sesuatu yang dapat dimiliki, tetapi jika harus dihadapkan pada pilihan untuk membunuh orang yang dicintainya demi menjaga keyakinannya, dia tidak ragu untuk bertindak.

Dogmatisme dalam Kepribadian Esdeath

Dogmatisme adalah pandangan yang menekankan keyakinan yang kaku dan tidak terbuka untuk argumen atau pandangan lain. Dalam konteks Esdeath, dogmatisme ini terlihat jelas dalam sikap dan perilakunya. Dia percaya sepenuhnya pada prinsip kekuatan yang dia anut dan merasa bahwa semua orang di sekitarnya harus memahami dan menerima pandangannya, atau mereka akan dianggap lemah. Dia sering kali menganggap pandangan orang lain sebagai kelemahan, dan tidak ragu untuk menggunakan kekuatannya untuk membuktikan bahwa dia benar.

Berbeda dengan kebanyakan orang yang biasanya akan memikirkan ulang ketika berhadapan dengan gagasan atau pendapat dari orang yang mereka cintai, Esdeath memiliki sikap yang jauh berbeda. Dalam pandangannya, kekuatan dan keteguhan prinsip sangat dihargai. Dia menyukai orang-orang yang memiliki keteguhan hati dan kekuatan, dan ini membuatnya begitu tertarik pada Tatsumi, seorang karakter yang memiliki kebangkitan semangat dan keinginan untuk kuat. Namun, meskipun cinta itu ada, Esdeath tidak membiarkan perasaannya terhadap Tatsumi mengubah nilai-nilai yang dia pegang teguh.

Pengalaman Masa Lalu yang Membentuk Esdeath

Untuk memahami mengapa Esdeath memiliki kepribadian yang dogmatis, penting untuk melihat pengalaman masa lalunya. Esdeath dibesarkan dalam lingkungan yang keras, di mana hanya yang kuat yang bisa bertahan hidup. Dia sudah terbiasa dengan ketegangan, pengkhianatan, dan kehilangan. Pengalaman ini membentuk pandangannya bahwa dunia adalah tempat yang kejam, dan untuk bertahan hidup, seseorang harus menjadi kuat. Dalam konteks ini, kepercayaan pada kekuatan bukan hanya filosofi hidup, tetapi juga mekanisme bertahan hidup.

Pengalaman masa lalu yang penuh dengan tantangan ini berkontribusi besar pada pembentukan karakter Esdeath. Dia belajar bahwa emosi seperti cinta dan kasih sayang bisa menjadi kelemahan yang dapat menyebabkan kerugian. Karena itulah, meskipun dia mencintai Tatsumi, dia tidak bisa membiarkan perasaan itu mengubah nilai-nilai yang selama ini dia percayai. Dia menganggap bahwa membunuh orang yang dianggap lemah adalah tindakan yang benar, walaupun itu berarti merugikan orang yang dia cintai. Sebagai hasil dari pengalamannya, kedamaian bagi Esdeath diidentifikasi dengan kekuasaan dan ketegasan.

Di Antara Cinta dan Kekuatan

Ketika Esdeath jatuh cinta pada Tatsumi, dia melihat banyak aspek yang dia hargai dalam diri Tatsumi, seperti keberanian, keteguhan hati, dan keinginan untuk kuat. Cinta Esdeath terhadap Tatsumi bukanlah cinta yang biasa—itu adalah cinta yang bercampur dengan filosofi hidupnya yang kuat. Dia mengagumi Tatsumi bukan hanya karena perasaannya, tetapi juga karena dia melihat kekuatan dan potensi dalam diri Tatsumi untuk menjadi seseorang yang bisa memimpin.

Namun, meski cinta tersebut mendalam, Esdeath tetap menjunjung tinggi prinsip-prinsip dogmatisnya. Dalam persepsinya, jika Tatsumi tidak bisa menjadi lebih kuat atau jika dia terbukti lemah, maka tidak ada tempat untuknya dalam hidup Esdeath. Ini menunjukkan bagaimana sifat dogmatis Esdeath menghalangi kemampuannya untuk merangkul cinta sepenuhnya. Dia tidak bisa mengesampingkan nilai-nilai yang dia pegang demi kepentingan pribadi, bahkan ketika hal itu berarti merelakan cinta yang dia inginkan.

Kejujuran dan Manipulasi

Esdeath digambarkan sebagai karakter yang sangat jujur tentang apa yang dia percayai dan apa yang dia rasakan. Kejujuran tersebut, meskipun diwarnai dengan ketegasan dan kekacauan, merupakan hal yang menarik. Dia tidak akan menyembunyikan perasaannya kepada Tatsumi atau mengubah penilaian atas tindakannya. Namun, kejujuran ini juga membuatnya rentan terhadap manipulasi. Dia percaya pada kekuatan dan keberanian, dan semua hal ini sangat tergantung pada pandangannya tentang bagaimana kekuatan harus diterapkan.

Sikap dogmatis ini membuat Esdeath sering kali terjebak dalam dilema. Ia mencintai Tatsumi tetapi tetap teguh pada keyakinan bahwa yang lemah pantas untuk dihancurkan. Dengan terus-menerus berpegang pada pandangan tersebut, dia menempatkan dirinya pada posisi yang sulit, di mana kebahagiaannya berpotensi hancur oleh keyakinan yang terlanjur dia yakini.

Mekanisme Tubuh dan Pikiran

Berdasarkan berbagai buku filsafat dan psikologi, dogmatisme dapat dilihat sebagai mekanisme pertahanan yang berkembang dalam tubuh dan pikiran. Dalam hal ini, Esdeath bisa dipandang sebagai contoh dari seseorang yang mengandalkan dogmatisme sebagai cara untuk melindungi diri dari rasa sakit emosional. Dalam bukunya, The Psychology of Judgment and Decision Making, Scott Plous menjelaskan bagaimana individu bisa mengembangkan keyakinan yang kuat untuk melindungi diri dari ketidakpastian dan rasa sakit.

Esdeath menggunakan dogmatisme untuk menyimpan perasaannya dalam keadaan beku—mirip dengan kemampuannya untuk mengendalikan es. Namun, dalam berbagai aspek, keyakinan rigid ini menciptakan ketidakpuasan bagi dirinya sendiri, meskipun dia tampak percaya diri dan tegar dalam setiap tindakannya. Kejujurannya—dalam arti bahwa dia bereaksi sesuai dengan apa yang ia anggap benar, tanpa menghiraukan norma-norma sosial—menunjukkan sisi kompleks dari kepribadiannya.

Kematian Esdeath dan Pendiriannya

Kematian Esdeath di akhir cerita adalah simbol dari prinsip-prinsip dogmatis yang dia pegang. Meskipun dia memiliki potensi untuk berubah atau mungkin melihat sisi lain dari cinta dan kemanusiaan, Esdeath memilih untuk tetap setia pada keyakinannya, hingga akhir napasnya. Dia tidak hanya mengorbankan cinta dan hubungan, tetapi juga menerima nasib yang memperlihatkan bahwa keyakinan yang kaku dan dogmatis bisa berujung pada kehampaan bahkan bagi mereka yang tampaknya memiliki kekuatan.

Dalam filosofi filsafat dan psikologi, banyak teori menyatakan bahwa seseorang yang terlalu terikat pada keyakinan tanpa fleksibilitas dapat berakhir pada spiral kehampaan. Sehingga, kematian Esdeath bukan hanya sebuah akhir dari cerita, tetapi juga menjadi pelajaran moral tentang bahaya dari sikap dogmatis dan pentingnya untuk tetap terbuka terhadap sudut pandang yang berbeda.

Berdasarkan analisis karakter Esdeath, dapat ditarik kesimpulan bahwa dogmatisme dapat menjadi pedang bermata dua. Meskipun memberikan kekuatan bagi individu untuk mempertahankan pendirian mereka, hal ini juga dapat menghancurkan hubungan dan menghambat pertumbuhan pribadi. Cinta dan keteguhan hati dapat saling bertentangan ketika dijalankan dengan ide-ide dogmatis yang kaku. Melalui perjalanan hidup Esdeath, penonton dapat belajar bahwa meskipun menghormati kekuatan adalah penting, memahami dan menerima kelemahan serta perasaan orang lain jauh lebih berharga dalam mencapai kehidupan yang seimbang.

Secara keseluruhan, Esdeath sebagai karakter dalam Akame ga Kill! membawa pelajaran berharga tentang cinta, kekuatan, dan dogmatisme, menggambarkan perjalanan dari dominasi menuju pemahaman, yang tentunya patut direnungkan oleh siapa saja yang menghadapi dilema serupa dalam hidup mereka.

Artikel Terbaru